
Sebagai lulusan Sistem Informasi dari BINUS University yang tertarik pada pengembangan aplikasi mobile dan machine learning, saya selalu mencari cara untuk menggabungkan teknologi dengan kehidupan sehari-hari—terutama di bidang olahraga. Skripsi saya tentang aplikasi mobile untuk aktivitas olahraga dan publikasi di IEEE Xplore tentang komunitas futsal Jakarta menjadi bukti bahwa teknologi bisa menjadi katalis bagi gaya hidup aktif. Tapi, inspirasi tidak selalu datang dari jurnal atau buku teks. Akhir-akhir ini, saya menemukan sumber ide yang tak terduga: TikTok. Platform ini, dengan video olahraga singkatnya, ternyata bisa jadi tambang emas untuk mahasiswa BINUS yang ingin mengembangkan aplikasi mobile. Artikel ini akan membahas bagaimana kita bisa mengubah scroll TikTok menjadi kode aplikasi olahraga yang bermanfaat.
TikTok: Lebih dari Sekadar Hiburan
TikTok bukan lagi sekadar tempat untuk tren dance atau meme. Di antara jutaan videonya, ada konten olahraga yang menarik—latihan futsal, tutorial dribbling, atau rutinitas gym rumahan. Bagi mahasiswa BINUS seperti saya, yang terbiasa dengan dunia sistem informasi dan coding, video-video ini bukan hanya hiburan, tapi juga inspirasi. Bayangkan sebuah video 15 detik yang menunjukkan teknik passing futsal dengan sudut kamera yang presisi. Bagi seorang developer, ini bisa memicu ide untuk aplikasi yang menganalisis gerakan atlet.
Fokus saya selama kuliah di BINUS adalah aplikasi mobile untuk olahraga, dan TikTok menawarkan gambaran nyata tentang apa yang dibutuhkan pengguna. Misalnya, video latihan futsal sering kali menampilkan kebutuhan praktis seperti pemantauan waktu latihan atau tips meningkatkan stamina—fitur yang bisa diintegrasikan ke dalam aplikasi. Platform ini jadi jendela ke dunia nyata yang bisa kita kodekan.
Inspirasi dari Layar Kecil
Salah satu hal yang saya pelajari dari skripsi saya adalah bahwa aplikasi olahraga harus user-friendly dan relevan dengan kebutuhan pengguna. TikTok memberikan petunjuk langsung tentang apa yang diminati komunitas olahraga. Video tutorial futsal, misalnya, sering kali menonjolkan elemen visual seperti gerakan kaki atau posisi tubuh. Ini menginspirasi saya untuk berpikir tentang aplikasi yang menggunakan machine learning—khususnya Convolutional Neural Networks (CNN)—untuk mengenali gerakan dan memberikan feedback real-time.
Penelitian saya di IEEE Xplore (Patmuryanto, 2022) tentang aplikasi futsal untuk komunitas Jakarta menunjukkan bahwa pengguna menginginkan fitur seperti jadwal pertandingan dan pelacakan performa. Sekarang, bayangkan jika kita tambahkan analisis gerakan dari video TikTok ke dalamnya. Sebuah video tentang teknik shooting bisa dianalisis untuk membangun modul pelatihan berbasis AI. Untuk keperluan riset, menyimpan video semacam itu jadi langkah awal—dan alat seperti Vidgap bisa membantu mengunduhnya tanpa watermark, memudahkan saya breakdown elemennya di laptop saat coding.
Dari Video ke Prototipe
Bagaimana caranya mengubah inspirasi TikTok menjadi aplikasi nyata? Pertama, identifikasi kebutuhan dari video—apakah itu latihan, pelacakan statistik, atau komunitas. Kedua, buat wireframe sederhana berdasarkan apa yang kamu lihat. Ketiga, kembangkan fitur dengan teknologi yang sesuai. Contohnya, saya pernah terpikat oleh video TikTok yang menampilkan drill futsal untuk meningkatkan kecepatan. Dari situ, saya membayangkan aplikasi yang merekam latihan pengguna via kamera ponsel, lalu menggunakan CNN untuk mengevaluasi kecepatan dan akurasi gerakan.
Proses ini mirip dengan apa yang saya lakukan di BINUS saat merancang aplikasi untuk komunitas futsal. Bedanya, sekarang saya punya referensi visual langsung dari TikTok. Postingan di X dari mahasiswa BINUS menunjukkan antusiasme terhadap teknologi olahraga, dengan beberapa menyebutkan bagaimana mereka belajar editing video dari TikTok untuk proyek kuliah. Ini bukti bahwa platform ini bisa jadi sumber ide yang relevan untuk kita.
Kolaborasi dan Komunitas BINUS
BINUS dikenal dengan semangat inovasinya, terutama di bidang teknologi. Mahasiswa Sistem Informasi, Teknik Informatika, atau bahkan Desain Komunikasi Visual bisa berkolaborasi untuk mengembangkan aplikasi olahraga berbasis TikTok. Bayangkan tim yang terdiri dari coder, desainer UI/UX, dan analis data—masing-masing mengambil inspirasi dari video latihan untuk membangun prototipe. Komunitas seperti Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (HMSI) atau BINUS Entrepreneurship Club bisa jadi wadah untuk mewujudkannya.
Studi dari Jurnal Sistem Informasi Indonesia (Setiawan, 2023) menunjukkan bahwa aplikasi mobile dengan gamifikasi meningkatkan engagement pengguna olahraga hingga 30%. TikTok, dengan elemen visualnya yang adiktif, bisa jadi blueprint untuk fitur seperti poin latihan atau leaderboard. Dengan mengamati video-video ini, kita bisa merancang aplikasi yang tidak hanya fungsional, tapi juga menarik bagi mahasiswa BINUS yang aktif.
Tantangan Coding dari TikTok
Tentu saja, ada rintangan dalam proses ini. Pertama, TikTok penuh dengan konten beragam—tidak semuanya relevan untuk aplikasi olahraga. Kedua, mengintegrasikan machine learning seperti CNN membutuhkan data dan sumber daya komputasi yang cukup, sesuatu yang mungkin sulit diakses mahasiswa dengan laptop standar. Solusinya? Fokus pada fitur sederhana dulu—like tracking waktu latihan—sebelum naik ke level AI.
Saya juga sadar bahwa terlalu lama scrolling TikTok bisa mengganggu produktivitas coding. Makanya, saya biasanya membatasi waktu eksplorasi dan langsung mencatat ide di Notion atau Google Keep. Jika ada video yang sangat bagus, saya simpan untuk referensi lebih lanjut—VidGap jadi salah satu opsi praktis untuk itu, tapi intinya tetap pada bagaimana kita mengolah ide, bukan alatnya.
Peluang Startup dan Masa Depan
TikTok tidak hanya memberi inspirasi, tapi juga membuka peluang bisnis. Bayangkan aplikasi olahraga yang lahir dari ide-ide ini dikembangkan jadi startup—sesuatu yang selaras dengan semangat kewirausahaan BINUS. Dengan fokus pada olahraga dan kesehatan, kita bisa menargetkan komunitas futsal Jakarta (seperti riset saya di IEEE) atau bahkan mahasiswa kampus lain. Penelitian dari Journal of Sports Technology (2024) menyebutkan bahwa aplikasi berbasis video meningkatkan adopsi latihan rutin di kalangan anak muda—pasar yang bisa kita garap.
Saya pribadi merasa TikTok telah memperluas cara saya mendekati pengembangan aplikasi. Dari yang awalnya fokus pada fungsi, kini saya lebih memperhatikan pengalaman pengguna yang interaktif. Video latihan futsal di platform ini jadi pengingat bahwa teknologi harus dekat dengan kebutuhan nyata manusia.
Penutup: Kode yang Hidup dari Olahraga
Bagi mahasiswa BINUS yang suka coding dan olahraga, TikTok adalah sumber ide yang tak terbatas. Dari latihan futsal hingga rutinitas gym, video-video ini bisa jadi pemicu untuk aplikasi mobile yang inovatif—entah itu pelacak performa, analisis gerakan, atau komunitas virtual. Jadi, lain kali kamu buka TikTok, jangan cuma nonton—lihat potensinya, catat idenya, dan ubah jadi kode. Di BINUS, kita punya semua alat dan semangat untuk mewujudkannya. Ayo, dari layar kecil ke aplikasi besar—saatnya kita buat sesuatu yang bergerak!